janji sehidup semati |
Cerita Cinta Janji Sehidup Semati
“yang, aku kangen sama kamu. Aku gak bisa hidup tanpa kamu. Apa kamu ingat 3 bulan yang lalu, tepatnya saat hari ulang tahun ku yang ke 16? Kita telah berjanji akan sehidup semati. Maka dari itu, aku akan segera menyusul mu, agar kita dapat bertemu di alam sana…” ucap seorang gadis yang sedang merintih di dekat sebuah makam.
“udah sore, aku pulang dulu yah yang? Besok aku bakal kesini lagi kok” lanjut sang gadis.
Bruukk!!
“eh, maaf ya, aku gak sengaja nabrak kamu. Sekali lagi maaf ya” kataku dengan rasa bersalah.
Akan tetapi, gadis itu mengacuhkan ku dan terus melanjutkan langkahnya menuju mobilnya.
“eh, apa ini? Dompet? Jangan-jangan ini milik cewek tadi” kata ku sambil memungut Dompet yang jatuh di tanah.
“uhuk.. Uhuk.. Apakah dompet yang kamu pegang itu milik gadis tadi?” tanya seorang kakek yang datang menghampiri ku dari belakang.
“i.. iya. Emang kakek kenal dengan gadis tadi?” tanya ku penasaran.
“Nama nya Jeje. Dia sudah tak asing lagi di mata kakek. Setiap hari dia berziarah ke pemakaman ini, sejak 2 bulan yang lalu. Dan disini, adalah tempat peristirahatan terakhir kekasihnya” jawab sang kakek.
“oh, jadi ini makam kekasihnya ya, yang telah meninggal 2 bulan yang lalu”
“iya. nak, dompet gadis tadi biar kakek saja yang simpan. Besok kalau dia ke sini lagi, akan kakek kembalikan padanya”
“emang kakek siapanya dia?” tanya ku penasaran.
“kakek adalah penjaga pemakaman ini” jawab sang kakek.
“hmm… Ya udah, biar saya aja kek yang menyimpan dompet ini. Besok saya kesini lagi untuk mengembalikannya”.
“oh, ya sudah kalau begitu. Kakek tinggal dulu ya nak.” ujar sang kakek seraya pergi meninggalkan ku.
Jeje, seorang gadis yang mengalami tekanan mental karena ditinggal kekasihnya untuk selamanya. Kekasihnya meninggal 1 bulan setelah mereka mengucapkan janji sehidup sematinya. Dan janji itulah yang membuat Jeje ingin segera menyusul kekasihnya di alam sana, agar Jeje dapat menepati janji sehidup sematinya kepada sang kekasih.
keesokan harinya di rumah jeje…
“mbok, lihat dompet ku tidak?” tanya jeje kepada pembantunya.
“nggak non. Mbok tidak melihatnya” jawab sang pembantu.
“aduh, dimana sih dompetnya? Sayang, maafin aku ya, aku udah menghilangkan dompet pemberian darimu. Aku telah lalai dalam menjaga barang pemberianmu” ucap jeje yang berbicara sendiri.
Semenjak kematian kekasihnya, jeje sering berbicara sendiri. Dia beranggapan bahwa kekasihnya selalu berada di dekatnya.
“non, tempat yang terakhir kali non kunjungi dimana?” tanya pembantunya jeje.
“terakhir kali aku ke pemakaman, semalam”
“oh iya, jangan-jangan tertinggal disana. Aduh, aku harus segera kesana sekarang” kata jeje seraya berlari menuju garasi untuk mengambil mobilnya.
“eh non, mau kemana?” tanya sang pembantu. Tapi jeje tidak mempedulikan pertanyaan pembantunya itu, dan terus berlari menuju garasi.
Setelah sampai, jeje bergegas menelusuri setiap sudut dari pemakaman tersebut. Akan tetapi ia tetap tidak menemukan dompet yang tertinggal di pemakaman ini.
“aduh, dimana dompet pemberian mu sayang? Jangan sampai hilang. Semoga segera ketemu” ujar jeje yang masih mencari dompet tersebut.
“ehem… Permisi, apakah kamu mencari ini?” tanya ku seraya memperlihatkan dompet miliknya.
“eh, kok ada sama kamu?”.
“kemarin, kamu menjatuhkannya. Jadi aku mengambilnya dan berniat untuk mengembalikan ke kamu. Nih, dompetnya” kata ku sambil memberikan dompet miliknya.
“makasih ya.” kata jeje.
“Sayang, akhirnya dompet pemberian mu ketemu. Aku janji, aku gak akan lalai lagi dalam menjaga barang pemberian mu” ucap jeje berbicara sendiri.
Kemudian jeje segera berjalan menuju mobilnya kembali.
“eh, tunggu…” teriak ku.
“ada apa?” tanya jeje.
“boleh gak kita ngobrol sebentar, yah sekalian makan siang?” ajak ku.
“hm… Maaf, kalau sekarang aku gak bisa. Gini aja, kamu save nomor ku, ntar kita calling-callingan aja. Soalnya ntar sore aku kesini lagi kok”. Kata jeje menolak.
“oh oke, berapa nomor mu?”.
“08163645129″.
“oke, aku save ya…”.
“yap”
“oh iya, kenalin, aku heri”.
“oh, aku jessica vania, panggil aja aku jeje”
“oh, jeje ya.. Salam kenal yah”
“iya”
Lalu jeje segera berlalu, meninggalkan ku pulang ke menuju rumahnya.
“hm.. Benar-benar cewek yang unik. Aku jadi semakin penasaran dengannya” ujar ku dalam hati…-
-------
“hallo, ini jeje kan?” kata ku dari telepon.
“iya, ini siapa ya?” tanya jeje.
“aku heri, yang tadi ngembaliin dompet mu di pemakaman”.
“oh, iya iya. Ada apa ya?”.
“kapan nih kita bisa ketemuan lagi?”.
“ntar sore aja, jam 4 di pemakaman tadi. Oke?”.
“oke deh, jangan telat yah”.
“iya iya” kata jeje mengakhiri percakapan kami di telepon.
Aku sudah sampai duluan di pemakaman. Tak lama kemudian, dari kejauhan, terlihat jeje tengah berjalan ke arah ku.
“hai, je..” sapa ku.
“hai juga. Hm.. Oh iya, aku mau berziarah dulu ya ke makam pacar ku”.
“ya udah, sekalian aku juga ikutan. Hehehe…” pinta ku.
Lalu kami segera menuju makam kekasihnya jeje. Setelah sampai, jeje segera membersihkan dedaunan yang berjatuhan di makam pacarnya. Aku pun ikut membantunya.
“oh iya her, kenalin, dia andry, pacar ku” kata jeje.
‘ohh.. Nama pacarnya yang telah meninggal andry ya..’ ucap ku membatin.
“oh, andry ya. Kenalin, aku heri, salam kenal ya bro”.
“sayang, dia ini orang yang telah menemukan dompet pemberian mu yang tertinggal di pemakaman ini kemarin. Sayang jangan khawatir ya, aku gak ada hubungan apa-apa kok dengannya” ucap jeje sambil memegang batu nisan di makam pacarnya.
‘iya, aku emang nggak ada hubungan apa-apa dengan kamu, tapi suatu hari nanti aku yakin, kamu bakal melupakan andry yang telah meninggal dan akan jatuh ke dalam pelukan ku’ kata ku dalam hati.
“iya ndry, lo jangan khawatir” ucap ku.
“hei, kamu jangan sok akrab ya dengan pacar ku!” bentak jeje.
“eh, bukan gitu maksud ku… Hmmm… Oh iya, walaupun beda alam, kamu dan pacar kamu terlihat serasi deh” kata ku membantah.
“apa! Jadi kamu pikir, pacar ku sudah tidak ada lagi!” bentak jeje lagi.
“aduh, anu, bukan gitu. Maksud ku kalian terlihat serasi saat pacar mu masih hidup”.
“jadi maksud mu, aku dan andry terlihat serasi hanya ketika dia masih hidup!”.
‘aduh, serba salah deh gue ngomongnya. Gini nih, kalo seseorang sedang depresi karena ditinggal mati sama pacarnya. Sangat sensitif’ kata ku membatin.
“ya udah, aku pergi dulu yah sayang. Besok aku akan kesini lagi. I love you” ucap jeje di depan makam pacarnya.
Lalu jeje berdiri dan menoleh ke arah ku.
“oh iya, katanya kamu mau ngobrol dengan ku? Dimana?” tanya jeje.
“di cafe aja. Sekalian kita makan disana” ajak ku.
“oke deh. ”
Lalu, aku dan jeje bergegas memasuki mobil kami masing-masing dan segera menuju cafe.
Hari demi hari telah kami lalui bersama. Bahkan, setiap jeje ke makam pacarnya, aku pun juga ikut bersamanya. Hingga suatu hari, ia dilarikan ke rumah sakit. Saat aku tanya pada dokter apa penyakitnya, dokter mengatakan bahwa pembuluh nadi di otak jeje pecah. Itu diakibatkan karena jeje terlalu banyak pikiran. Mungkin dia terlalu stres memikirkan andry yang sudah tiada dan juga janji sehidup sematinya. Dokter juga mengatakan bahwa kemungkinan jeje bisa selamat dari maut adalah 30 persen. Betapa kagetnya aku ketika mendengar pernyataan dokter yang menangani jeje itu.
Saat aku memasuki ruangan dimana jeje di rawat, betapa sedihnya ketika ku lihat jeje terbaring lemas tak berdaya. Langsung saja ku hampiri dia. Lalu, aku belai rambutnya yang hitam dan panjang, dan ku genggam tangannya dengan erat. Seketika, jeje pun tersadar, dan menatap lemas ke arah ku.
“heri, makasih ya kamu udah mau menemaniku disini” kata jeje dengan suara yang lirih.
“je, kamu harus segera sembuh. Kamu harus kuat je” kata ku menyemangati.
“nggak bisa her, ini lah saat dimana aku akan menyusul andry. Kami akan menjadi pasangan yang sangat serasi di alam sana”.
“itu nggak boleh terjadi je. Kamu harus tetap hidup. Aku sayang dengan kamu, aku gak mau kehilangan mu. Biarkan aku menjadi pengganti andry di hati dan pikiran mu, je”
“makasih sekali lagi her, kamu udah tulus menyayangi ku. Tapi sepertinya, ajal ku sudah dekat” kata jeje sambil tersenyum.
“her, itu andry sedang berdiri di depan pintu. Sepertinya dia ingin menjemputku untuk menyusulnya” ucap jeje dengan suara yang semakin lirih.
“je, dengarkan aku je…” kata ku panik.
“selamat tinggal her. Makasih atas semua yang telah kamu berikan di sisa hidup ku…”
tiiiiiiiit…
“dok, tolong dok! Dokteeer!!” teriak ku memanggil dokter.
Akan tetapi, nyawa jeje tak dapat di selamatkan. Betapa sedihnya aku pada saat itu. Orang yang ku sayang, meninggal di hadapanku.
“jeje, akhirnya impian mu tercapai. Kamu sudah berada di alam sana bersama andry. Dan kamu telah menepati janji mu, janji sehidup semati dengan andry.” ucap ku sedih.
2 minggu kemudian…
“nak, bangun nak.. Sudah malam, nggak baik di kuburan malam-malam” ujar seseorang membangunkan ku.
“eh, Sudah malam yah? Hmmm… Makasih ya kek udah bangunin saya” kata ku kepada kakek penjaga pemakaman itu.
“kakek turut berduka cita atas meninggalnya jeje. Kakek tau, kamu sangat menyayangi jeje. Tapi, apa kamu mau setiap hari berkunjung ke makam jeje ini sambil menangisinya, seperti yang dilakukan jeje terhadap pacarnya dulu?” tanya sang kakek.
“entahlah kek, saya masih bingung. Ya sudah, saya pulang dulu yah kek” kata ku seraya meninggalkan sang kakek.
Janji sehidup semati.. Janji itulah yang membuat jeje ingin menyusul andry sang pacar yang lebih dulu menghadap Yang Maha Kuasa. Janji, yang membuat jeje bersikeras untuk menepatinya. Maka, jangan lah mengumbar janji, jika tidak bisa menepatinya!
Tamat
Note : Artikel ini dikutip dari cerita-malam.com yang berjudul janji sehidup semati. Semoga Artikel ini menjadi inspirasi bagi kita.
0 Response to "Cerita Cinta Janji Sehidup Semati"
Post a Comment